www.PortalBugis.Com

"Catatan Bugis Di Rantau & Budayanya"

RAJA BONE 1

Manurung-E ri Matajang, Mata SilompoE (1326–1358)

::Konflik Antar Kalula::

Selama tujuh pariama (diperkirakan kurang-lebih 70 tahun) yang disebut sebagai Bone pada awalnya hanya meliputi tujuh unit anang (kampung) yakni; Ujung, Ponceng, Ta’, Tibojong, Tanete Riattang, Tanete Riawang dan Macege, tenggelam dalam situasi konflik yang berkepanjangan. Kondisi ini dalam bahasa Bugis dikenal dengan istilah sianre bale, dimana yang kuat memangsa yang lemah. Luas Bone pada masa itu terbilang lebih kecil dari Ibukota Kabupaten Bone, Watampone sekarang.

Masing-masing anang dipimpin oleh seorang Kalula, gelar pemimpin kelompok. Situasi politik ini merupakan akibat langsung dari kondisi tidak adanya (lagi) tokoh yang mereka anggap sebagai pemimpin besar yang dapat mempersatujuan visi dan misi ke tujuh anang tersebut. Menurut lontara’, hal ini secara implisit dijelaskan dalam Sure’ La Galigo, lebih disebabkan oleh punahnya (sudah tidak terdeteksinya) keturunan-keturunan La Galigo di Bone. Ketujuh pemimpin (kalula) kelompok masyarakat (anang) saling mengklaim “hak” atas kepemimpinan wilayah Bone tersebut. Ada juga budayawan yang menyebut Kalalu Anang Cina, Barebbo, Awampone dan Palakka sudah turut dalam perjanjian ManurungE dengan orang Bone, namun karena kurangnya data/lontara’ yang mendukung, penulis menafikan pernyataan tersebut.

Konflik antar kalula berlangsung selama bertahun-tahun. Masing-masing mengkalim sebagai keturunan La Galigo yang, karena keterbatasannya tidak mampu menunjukkan bukti-bukti (mereka belum mengenal silsilah), merasa berhak atas kepemimpinan dikalangan kalula. Semangat kejahiliyahan membara untuk saling atas-mengatasi sehingga perang saudara (kelompok) tidak bisa dihindari.

.:Catatan:. ada yang menafsir satu pariama sama dengan seratus tahun, ada pula yang mengatakan sepuluh tahun; namun beberapa informasi dari lontara’ lebih rasional mengikuti yang sepuluh tahun).

::Manurung-E::

Manurung-E, berasal dari bahasa Bugis yang dalam terjemahan bebasnya berarti “orang yang turun dari ketinggian“. Dalam aturan bahasa bugis, khususnya Bugis-Bone, akhiran E dipakai untuk menunjuk kata kepunyaan, akhiran ‘nya’ dalam bahasa Indonesia. Sehingga akhiran E pada kata Manurung yang diikutinya akan menunjukkan arti dialah orang yang turun dari ketinggian.

Kepercayaan Bugis-Makassar sebelum mengenal Islam, Manurung-E atau Tu Manurung (red. Makassar) dianggap sebagai perwujudan tuhan, dewa (Bugis-Bone: dewata seuwwaE); manusia yang turun dari langit, namun bukan sebagai manusia pertama (Adam). Namun seiring perkembangan zaman dan pengetahuan, sulit rasanya untuk menerima argumen-argumen to-riolo (nenek moyang). Sejumlah asumsi yang dibangun oleh ahli sejarah pun tidak cukup memberikan pemahaman yang memadai kepada kita dikarenakan kurangnya bahan kajian. Satu hal penting yang disepakati oleh para budayawan adalah bahwa Manurung-E merupakan manusia yang mempunyai kelebihan dibandingkan manusia lainnya; pandai dan mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan masyarakat sekitarnya.

Hal ini juga dipertegas dalam lontara’ yang mengisahkan adanya sekelompok masyarakat yang menyambutnya kemudian memintanya untuk menjadi raja/mangkau’. Oleh sebab itu, disinyalir to manurung sebagai orang suci (saint) yang sedang dalam perjalanan spiritual. Namun, kemudian terdampar pada sebuah daerah (bugis) yang ‘kebutulan’ belum memiliki sosok pemimpin/raja.

Berbeda dengan di daerah lain, sebut misalnya di pulau Jawa, yang banyak meninggalkan jejak sejarah seperti prasasti yang informasinya dapat bertahan lama. Oleh sebab itu, lontara’ harus diletakkan pada posisi terdepan sebagai bahan kajian untuk mengungkap misteri perjalanan suku-suku di Sulawesi.

Selain di Nederland-Belanda, keberadaan lontara yang mempunyai informasi penting mengenai sejarah Kerajaan Bone, khususnya kebudayaan Bugis-Makassar, disinyalir masih banyak berserakan di tangan-tangan penduduk. Namun ada kepercayaan benda-benda sejarah ini memiliki “tuah” sehingga mereka enggan memberikan kepada peneliti. Mereka masih percaya bahwa dengan memegang lontara,kewibawaan mereka akan tetap terjaga dan senantiasa dihormati oleh masyarakat.

::Berdirinya Kerajaan Bone::

Dalam lontara’ disebutkan, ketika keturunan dari Puatta Menre’E ri Galigo malawini darana (bangsawan dan rakyat-biasa sudah tidak bisa dibedakan sebagai akibat perkawinan) terjadi kekacauan yang luar biasa karena ketiadaan sosok pimpinan yang berasal dari bangsawan (manurung). Keadaan Bone saat itu, chaos. Norma-norma hukum tidak berlaku, adat-istiadat dipasung, kehidupan ummat tak ubahnya binatang di hutan belantara, saling memangsa dan saling membunuh. Bone butuh sosok pemimpin, namun dari kalangan mereka tidak ada yang saling mengakui keunggulan satu sama lain.

Ketika konflik tengah berlangsung, sebuah gejala alam yang mengerikan melanda wilayah Bone dan sekitarnya. Gempa bumi terjadi demikian dahsyatnya, angin puting beliung menerbangkan pohon beserta akar-akarnya, hujan lebat mengguyur alam semesta dan gemuruh guntur diiringi lidah kilatan petir yang menyambar datang silih berganti selama beberapa hari. Gejala alam seperti ini juga diceritakan dalam pararaton (Kitab Raja-raja) dan prasasti peninggalan kerajaan Majapahit.

Sesaat setelah hujan reda, dari ufuk timur muncullah bianglala. Tidak berapa lama, di tengah padang nampak segumpal cahaya yang menyilaukan mata, muncul sosok manusia mengenakan pakaian serba putih (pabbaju puteh). Karena tak seorang pun yang mengenalnya, orang-orang menganggapnya sebagai To Manurung, manusia yang turun dari langit. Cerita kemunculan To Manurung ini cepat menyebar di kalangan Kalula. Dan mereka pun mengunjungi Sang Misteri. Para kalula anang (pemimpin kelompok) kemudian mengorganisir diri berembuk untuk, dan sepakat, mengangkat To Manurung menjadi raja mereka. Bersama dengan orang banyak yang berkumpul tersebut, para kalula kemudian berkata,

Kami semua datang ke sini memintamu agar engkau tidak lagi mallajang (menghilang). Tinggallah menetap di tanahmu agar engkau kami angkat menjadi mangkau’. Kehendakmu adalah kehendak kami juga, perintahmu kami turuti. Walaupun anak isteri kami engkau cela, kamipun akan turut mencelanya asal engkau mau tinggal.

Orang yang disangka To Manurung menjawab,

”Bagus sekali maksud tuan-tuan, namun perlu saya jelaskan bahwa saya tidak bisa engkau angkat menjadi Mangkau sebab sesungguhnya saya adalah hamba sama seperti engkau. Tetapi kalau engkau benar-benar mau mengangkat mangkau’, saya bisa tunjukkan orangnya. Dialah bangsawan yang saya ikuti.”

Orang banyak berkata,

“Bagaimana mungkin kami dapat mengangkat seorang mangkau yang kami belum melihatnya?”.

Orang yang disangka To Manurung menjawab,

”Kalau benar engkau mau mengangkat seorang mangkau, aya akan tunjukkan tempat matajang (terang), disana lah bangsawan itu berada”.

Orang banyak berkata,

”Kami benar-benar mau mengangkat seorang mangkau, kami semua berharap agar engkau dapat menunjukkan jalan menuju ke tempatnya”.

Orang yang disangka To Manurung bernama Puang Cilaong, mengantar orang banyak tersebut menuju kesuatu tempat yang terang dinamakan Matajang (berada dalam kota Watampone sekarang). Gejala alam yang mengerikan tadi kembali terjadi. Halilintar dan kilat sambar menyambar, angin puting beliung dan hujan deras disusul dengan gempa bumi yang sangat dahsyat. Setelah keadaan reda, nampaklah To Manurung yang sesungguhnya duduk di atas sebuah batu besar dengan pakaian serba kuning. To Manurung tersebut ditemani tiga orang yaitu; satu orang yang memayungi teddumpulaweng (payung berwarna kuning keemasan), satu orang yang menjaganya dan satu orang lagi yang membawa salenrang. To Manurung,

”Engkau datang Matowa?”

MatowaE menjawab,

”Iyo, Puang”.

Barulah orang banyak tahu bahwa yang disangkanya To Manurung itu adalah seorang Matowa. Matowa itu mengantar orang banyak mendekati To Manurung yang berpakaian kuning keemasan. Berkatalah orang banyak kepada To Manurung,

”Kami semua datang ke sini untuk memohon agar engkau menetap. Janganlah (lagi) engkau mallajang (menghilang). Duduklah dengan tenang agar kami mengangkatmu menjadi mangkau’. Kehendakmu kami ikuti, perintahmu kami laksanakan. Walaupun anak isteri-kami engkau cela, kami pun (turut) mencelanya. Asalkan engkau berkenan memimpin kami”

Manurung menjawab,

”Apakah engkau tidak membagi hati dan tidak berbohong?”

Setelah terjadi tawar menawar, semacam kontrak sosial, antara To Manurung dengan orang banyak (kalula anang), dipindahkanlah Manurung ke Bone untuk dibuatkan salassa (rumah). To Manurung tersebut tidak diketahui namanya sehingga orang banyak menyebutnya ManurungE ri Matajang. Salah satu kelebihannya yang menonjol adalah jika datang di suatu tempat dan melihat banyak orang berkumpul dia langsung mengetahui jumlahnya, sehingga digelar Mata SilompoE. ManurungE ri Matajang inilah yang menjadi mangkau’ pertama di Bone.

Adapun yang dilakukan oleh ManurungE ri Matajang setelah diangkat menjadi Mangkau’ di Bone adalah – mappolo leteng (menetapkan hak-hak kepemilikan orang banyak), mappasikatau (meredakan segala macam konflik horisontal) dan pangadereng (mengatur tatacara berinteraksi sesama masyarakat). ManurungE ri Matajang pula yang membuat bendera kerajaan yang bernama woromporong-E berwarna merah dan putih –mirip bendera Republik Indonesia sekarang.

Setelah genap eppa pariyama (empat dekade) memimpin orang Bone, dikumpulkanlah seluruh orang Bone dan menyampaikan,

”Duduklah semua dan janganlah menolak anakku La Ummasa untuk menggantikan kedudukanku. Dia pulalah nanti yang melanjutkan perjanjian antara kita (ketika menunjuk/ngangkat aku sebagai Mangkau’-Bone”.

Hanya beberapa saat setelah mengucapkan kalimat itu, kilat dan guntur sambar menyambar. Tiba-tiba ManurungE ri Matajang dan ManurungE ri Toro menghilang dari tempat duduknya. Salenrang dan teddum-pulaweng (payung kuning keemasan) turut pula menghilang membuat seluruh orang Bone heran. Oleh karena itu diangkatlah anaknya yang bernama La Ummasa menggantikannya sebagai Mangkau’ di Bone.

::Keturunan::

Manurung-E ri Matajang kawin dengan We Tenri Wale-ManurungE ri Toro. Dari perkawinan itu lahirlah La Ummasa, We Pattanra Wanuwa, dan We’ Samateppa (lima bersaudara, dua diantaranya tidak tercatat [belum] ditemukan dalam lontara’).

Namun, berdasarkan laporan penelitian dari tim Royal Ark diperoleh informasi bahwa hasil perkawinan Manurung-E ri Matajang dengan We Tenri Wale-Manurung-E ri Toro mempunyai dua orang putera dan empat orang putri yakni:

  • Bolong-Lelang, meninggal masa kanak-kanak;
  • La Ummasa To Mulaiye Panreng, yang selanjutnya menjadi Arumpone kedua;
  • We’ Tenri Ronrong, meninggal masa kanak-kanak;
  • We Pattanra Wanuwa, kawin dengan La Pattikkeng-Arung Palakka. Dari hasil perkawinan ini lahirlah Latenri Longorang, La Saliyu Karampeluwa Pasadowakki yang selanjutnya menggantikan pamannya menjadi Arumpone, We Tenri Pappa yang kawin dengan La Tenri Lampa-Arung Kaju, We Tenri Ronrong kawin dengan dengan La Paonro-Arung Pattiro;
  • We Tenri Salogan kawin dengan La Ranringmusu-Arung Otting; dan
  • We Arantiega kawin dengan La Patongarang-arung Tanete

Catatan::

Awal berdirinya Kerajaan Bone atas dasar: musyawarah, diangkat secara langsung oleh ketua kelompok (anang) -sepadan dengan wakil rakyat di DPR sekarang, pemimpin diangkat untuk kepentingan bersama bukan atas dasar kepentingan golongan atau kelompok, dll.

Ditulis dalam Akkarungeng, begawan, kajao, kerajaan bone, raja bone, raja nusantrara. Tag: , ,

22 Tanggapan to “RAJA BONE 1”

  1. […] Mattasi LompoE ManurungngE ri Matajang 1326-1358 (28 Thn) […]

  2. edp said

    Mata silompoE atau Mattasi Lompoe? Tabe’ malompo

  3. […] 1. Mattasi LompoE ManurungngE ri Matajang 1330-1358 (28 Thn) […]

  4. […] 1. Mattasi LompoE ManurungngE ri Matajang 1330-1358 (28 Thn) […]

  5. Saya keturunan dari Raja Toga Manurung dari tanah batak (sibisa) apakah saudara bisa buat pendapat tentang nama (TO MANURUNG dan TOGA MANURUNG) tersebut… Terimakasi…

  6. Mas Ali said

    Asslm….
    Ada 1 pamanku Makassar, beliau bisa menjadi tempat bertanya untuk mengetahui silsilah keturunan ataupun tentang sejarah. Titelnya Professor Doktor KH.
    Jabatanya al: KUNINGIN Raja Bone dilantik pada tanggal 5 April 1927, Pemangku Adat Sulawesi Selatan serta Divisi-Divisi Koordinator Hukum Adat & Convention Medisiator Kesultanan Se-Indonesia.
    Paman/amaure tsb bisa 9 bahasa. Bahasa Inggris, Belanda, Perancis, Cina,dll.
    Salah 1 lakonnya kemarin al sebagai Kepala Purbakala.
    Istilah KUNINGIN tsb adalah salah 1 rahasia dan kayaknya belum ada yang mengeksposnya.
    Isyarat: silahkan baca tulisan di selendang yang dipakai oleh Datu Puatta Petta To RiSompaE Raja Bone ke 15 pada salah 1 fotonya yang beredar. “RADJA PALACCA DE KONINGIN DER BOUGIS”.

    Dan tambahan sedikit , nama Raja Bone ke 25 yang saya yakini adalah Datu Puakku I WE SITTI MANNING RATU ARUNG DATA SULTANAH SALMIAH RAJIATUDDIN ” Berleher ……….. “.

    email pribadi saya : eurindo_tg@yahoo.co.id
    HP : +62 813 8169 4583

    https://www.facebook.com/mas.ali.12382

  7. apakah ada hubungannya dengan Raja Manurung dari tanah batak?

  8. Rahmat pongsimpin said

    semua penjelasan itu benar tp ada satu pertanyaan apakah dalam lontara yg meneyebutkan nama yg sy sebutkan di bawah…
    tarakka_laki laki
    palareang_perempuan
    mohon sedikit koreksi dari keluarga besar yg ada di bone dan sy ucapkan trimah kasih

  9. Andi Reni said

    subhanallah..orang tua saya seorang perantau,kami sudah turun temurun menetap di malaysia,tp menurut org tua saya,hingga ke saat ini keluarga besar kami masih menyimpan besi kebesaran di raja,yg telah di wariskan turun temurun..saya bangga terlahir sebagai seorang yg berdarah bugis..

  10. Assalamu Aliakum Warahmatullahi Wabarakatu,-
    saya sedikit beda pendapat tentang sejarah “Arung Mangkau’ Bone ataupun pada Sejarah Arung, Datu, Pajung, dan Karang” dari Versi Umum sekarang ini. saya yakin Sejarah Celebes menjadi kerdil dan menjadi riwayat, karena banyak penafsiran Bahasa yang tidak tepat mengartikan Kalimat dalam Lontara’ Bahasa Bugis. Lontara’ Bugis itu memggunakan Bicara Rapang dan Akkeberakeng. Saya kasi Contoh:
    Dalam Riwayat Mata Silompo’e, Tafsiran sekarangnya; Aja’na Muallajang. Seharusnya; Aja’na Mu Loa Juaw.
    Untuk Naska Makka-LipuE Malajangnge Ri China, seharusnya Makka-LipuE Mala Juaw Ri China. China yang dimaksud disini yaitu China di Celebes yang di Sinjai.
    Asal Kata Mata Silompo’E menurut Saya yaitu; Ma Toa Wa’ Ziet LompoE. Dalilnya: Saat Maha Raja ini menyerahkan Tahtanya pada Putranya, iya berkata “Laumasa To- La Wa”, itu artinya Laumasa yang menjadi Wa’ Berikutnya. Maha Raja 1326-1358 adalah orang yang diangkat menjadi Wa’ oleh para Matoa. Maha Raja ini juga seorang Matoa (Inappai Naiseng tomegae makeda Matoa ma pale iyaseng Arung).
    Asal kata Kata Tomarung yaitu; To-Manu’ Arung. artinya bukan turun dari ketinggian atapun turun dari langi. To- Manu’ Arung uraiannya: To-Manu’ pengertinnya Keturunan Bangsawan bersimbol Manu’-Manu’ (satu dari dua Topi Baja Rasulullah SAW, bersimbol Burung), dan Manu’-Manu’ yang disimbolkan pada pengertian ini yaitu; Jaana’, Sinonimnya Bokang. Jaaana yang menjadi simbol disini yaitu Bokang Karame, dalam Bahasa Melayunya Raja-WaliE, Pengertiannya Juaw Ajang Tappreng dan Juaw Rilau Tappareng.
    Jaana atau Bokang yang dalam bahasa Inggris Kunonya Engl And, dalam Bahasa Melayu lamanya yaitu Eiland dan Eyland, Bahasa Melayunay Elang. Simbol ini sekarang oleh Indonesia di Mitoskan dengan nama Garuda, sementara asal kata dari Garuda yaitu Gau’ Arung Da’, dan ini umumnya dijadikan oleh hampir seluruh Negara sebegai Simbol Penjaga Keamanan. Gau’ Arung Da’ pengertiannya yaitu; penguasaan Simbol Elang oleh Suku yang dulunya menggunakan Simbol Anjing bermata biru yang disebut Da;eng-na Wa’E (Dewa Nawa)
    Adapun sebutan Harumnya (Bauna) sebutan Muliya dari Simbol Elang yaitu: Wa’-Jaanatu (Salah satu Gelar Rasulullah SAW sebagai Ahli Sorga yaitu: Wa’Jannnatu).
    Pengertian Arung yaitu Pemerintahan (Monarki). Kata Mangkau’ mengandung dua pengerian yaitu; Maggau’ artinya yang berkuasa, dan Mangku artinya yang menjabat.
    Kata Bone juga mengadung dua Pengertian yaitu: Bauna artinya Wangi atau Harum, dan Benua artinya Dunia atau Bumimnya Tuhan.
    Jangan Kerdikan Sejarah Celebes, lihatlah Bentuk Makam di Bukaka, bukankan itu berbentuk seperti Topi baja Rasululah SAW. Lihatnlah Bentuk Maka yang kita pahami sebagai Makam Raja-Raja Gowa, bukankan Arsitekturnya condong ke Arsitektur Ruma Toraja (Toraja asal katanya To Riajang Bulu dari Gunung Latomojong).
    Pada Hakekatnya Riwayat-Riwayat Celebes merupakan Riwayat Peradaban Dunia Masa Lampau yang hilang. Toriajang Bulu adalah Suku Mong-Nga Loe (Mongol), Mong Nga Loe artinya Mong yang pergi dari Makassar ke Daerah Bulu Latimojong, lalu ketempatnya sekarang. Kampung di Daerah Bulu Latimojong (La-Tin Mong Juaw) sampai kemudian pindah ke Tatorr sekarang, dan tempat itu dulu disebut Tanah Judda. Suku ini menjadi Pasukan Penyelamat Monarki pada Abad ke 11, pada Monarki Perkampungan Ramai dari Garis Bentang Balusu’ Pare-Pare sampai Bone.
    pada Masa Ibanri Gau makka-Lipue Mala Juaw Ri Cina yang tidak lain merupakan orang yang sama yang dikenal sebagai Putri Somba Garaasi, Gernd Master Militer (Mampu Membangun Koalisi Militer dibawa Kepemimpinannya: Pemimpin dari Seluruh Laksamana) yang kemudian menjadi Suami dari Makka LipuE yang kemudian menempatkan Pusat Kota di Tanah Asal nenek Moyangnya yang sekerang kita kenal sebagai Makassar. Adapun Asal kata dari Makassar yaitu; Man-Kaisar yang artinya Laki-Laki Berkuasa, dialah Grend Mater Militer yang dalam Sejarah Prancis dikenal dengan nama “Alfonso D’Albuquerque” Kiasar Pertama Fort To-Ugi’s di Goa India (India artinya Koalisi: United Stated dari beberapa Bangsa)
    untuk sementara sekian dulu Komentar saya.
    Ahir Kata: DENGAN MISI DAN VISI untuk menyelamatkan Sejarah Peradaban Dunia yang saya yakini berawal dari Celebes yang dulunya bernama Cua-na/Coen Ata La Tin Essa (asal dari Kata Atlantis), atau Menyelamatkan Sejarah Perdaban Dunia/Benua Atlantis yang hilang, marilah kita bersama membentuk Forum Peradaban Celebes.
    Saya Mulai menungkan tulisan saya tentang hal ini, Blog Saya: Malacca of Celebes Blog.spot, Judul: mengungkap Sejarah Dunia.
    Jangan Hilang Harapan!!!!! Kata Abdullah Awawul islam (Arung Mangkau’ Bone Latenri Pale Abddulah: Jan Pieterzoons Coen)
    Teruslah Berkrya!!!!, danTolong Sampaikan pesan Saya ini pada Para Handaitolan Pencinta Sejarah. Percayalah, Sejarah Peradaban Yang Hilang hanya dapat terungkap bila dimulai dari Bahasa To-Ugi’ La *U* Nga (U; Muhammad Rasulullah SAW), Bahasa Kampung Ara dan Bia.
    Wa’Salama’ Wa’Alaikum Mussalama’ Wa’Rahmatullahi Wa’Bara-Engkatu,-

  11. […] 1. Mattasi LompoE ManurungngE ri Matajang 1330-1358 (28 Thn) […]

  12. samsu alang said

    saya besar di jakarta,namun saya lahir di watampone-bone,dengan adanya sejarah bugis ini saya sangat bangga,,wassalam

    • Alirhan said

      iya sy jg yakn i manurennge ri matajang itu…seorng saudagar yg dtng dri arab ..hnya kbetuln d sertai dngn petir….mklum kan d stu d tuliskan orng dlu msh mnganut kejahiliyaan… !!

  13. tahir ramli said

    Ada juga cerita yang pernah sy dengar waktu msh duduk d bangku sd bahwa manurungnge ri matajang adl seorang saudagar dari arab yg kemunculannya diawali dgn petir dan kilat pada masa itu, subehanallah kisah yg ada d bloc ini sangat luar biasa.patut kita hargai sebagai sesama keturunan bugis dan makassar

  14. Tassia said

    Mitos ini terhad kepada apa yang terjadi pada masa To Manurung turun ke bumi. Apakah yang terjadi kepada salah silah keturunannya? Dimanakah saya boleh meneliti dan membaca keturunannya sampai ke saat ini?

  15. Andi Firdaus said

    subhanallah……sungguh luar biasa sejarah kerajaan bone……mateppeka…

  16. […] 1. Mattasi LompoE ManurungngE ri Matajang 1330-1358 (28 Thn) […]

  17. Irfan said

    menyimak cerita ini…
    kemungkinan besar to manurung adalah org masa depan yg melewati lorong waktu atau seseorang dari planet lain, yg turun membuat aturan pada sekelompok masyarakat…

    • huzaifah said

      SAYA YAKIN ITU

    • amran said

      kalau asumsinya sperti itu, mengapa ia fasih berbahasa bugis…? padahal ia sendiri bukan orang bugis..?

      • Irsyad said

        Allah terkadang menurunkan utusan, apakah berupa malaikat atau nabi untuk membawa risalah dan tamsilah bagi ummat tertentu yang masih primitif. Allah pernah menurunkan 2 Malaikat yang dijelmakan menjadi manusia dan menjadi hakim dizaman jahiliyyah. Nabi Musa AS pun dipertemukan dengan Nabi Khidir AS yang ternyata jauh lebih “faham” tentang kehidupan dan ketuhanan. So? use your brain bro…

  18. Menarik sekali ceritanya…

Tinggalkan komentar